Allah
adalah Kasih
*Felix Brilyandio
Beberapa bulan yang lalu perhatian
kita terarah pada peristiwa jatuhnya pesawat Sukhoi di Pegunungan Salak, Rabu
(11/5). Semua orang tercengang dengan peritiwa ini, tidak menyangka, pesawat
yang supercanggih, super hebat, super mewah, dan super jet ini mengalami
kecelakaan dalam penerbangan pertamanya di Indonesia. Sekitar 50 orang menjadi
korban dalam kecelakaan ini.
Dalam Bacaan-bacaan Kitab Suci
selama Masa Paskah kemarin kita seringpula mendengarkan tema-tema mengeni kasih
Allah kepada manusia. Misalnya, Bacaan Injil pada Minggu Paskah ke VI kemarin
dibuka dengan perikop berikut, "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikian
juga Aku telah mengasihi kamu; tinggalah dalam kasih-Ku itu" (Yoh 15:9).
Bacaan Injil ini kemudian juga dibacakan pada Hari Senin Paskah ke VI. Lantas,
Bacaan-bacaan Injil yang bertemakan mengenai kasih Allah ini apakah masih
relevan jika dihadapkan pada tragisnya kecelakaan pesawat Sukhoi, dan
bencana-bencana lain yang melanda Bangsa Indonesia akhir-akhir ini? "Jika
Allah adalah kasih, mengapa bencana masih saja terus terjadi?" Melihat
realita yang ada semacam itu tidak jarang pula orang yang mengatakan bahwa
"Allah itu kejam!"
Saya tertarik denngan permenungan
ini. Bagi saya, apa yang dikatakan orang bahwa "Allah itu kejam"
hanyalah persepsinya belaka. Pernyataan yang dimunculkan itu timbul dari
pikiran manusia, manusia yang tidak sabar dan tidak tahu diri. Marilah kita
melihat segala sesuatunya dari kaca mata iman, dan tetap berdasar pada ajaran
Injil yang ditulis oleh para saksi Kristus, yang mendapat ilham dari Roh Kudus
untuk menuliskan semuanya itu. Inilah kebenaran iman yang patut kita yakini
bahwa "Allah adalah kasih" (1Yoh 4:16), karena, "..begitu besar
kasih-Nya akan dunia ini.." (Yoh 3:16).
Tuhan senantiasa mencurahkan rahmat-Nya.
Kapan rahmat itu datang dan bekerja dalam diri kita adalah soal waktu. Tuhan
menunggu sampai kita benar-benar mampu menerima rahmat itu, dan saat menunggu
adalah saat di mana kita dilatih dan diuji untuk itu. Banyak dari kita tidak
mampu mengalami kasih Allah atau terhalang oleh sesuatu untuk menjadi yang
Tuhan kehendaki. Maka saat di mana kita bisa mengambil makna, nilai, dan
pelajaran bersama dari berbagai peristiwa suram yang melanda bangsa kita adalah
rahmat dari Tuhan untuk menjadikan hidup kita lebih baik. "Yesus,
Engkaulah Tuhan. Walaupun kami tidak mengerti rencana-Mu, kami tetap yakin
Engkaulah Tuhan kami!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar